Minggu, 04 Juli 2010


MENGENAL DUNIA MAHASISWA
Oleh: Salahudin, S.IP

Setidaknya untuk memasuki dunia mahasiswa kita harus paham akan posisi mahasiswa yang sebenarnya. Karena memang itu merupakan desain deskriptif sekaligus sebagai desain aplication arah perjuangan dalam mengembang dunia pendidikan. Kita paham akan posisi mahasiswa yang sebenarnya maka kita akan paham dimana arah perjuangan kita.

Istilah mahasiswa mengandung makna yang “menakutkan” sekaligus “membanggakan”. Hal ini dilihat dalam konteks realitas historis bagaimana mahasiswa mendobrak pintu politik yang tertutup rapat dengan retorika hegemoni dari seorang pemimpin otoriter yang melabelkan nilai- nilai demokrasi. Berkat perjuangan mahasiswa menjadii terbuka lebar dan hampir semua stakeholder publik memasuki rana- rana politik dengan mengandalakan tujuan untuk melakukan revitalisasi publik baik dalam segi politik mapun teknis administratif Negara. Revitalisasi publik tentunya menuju keperbaikan yang seperti akhir- akhir ini bahasa yang sering dilontarkan adalah terciptanya good and clean governance. Walahu’alam terlepas dari realitas dan emperisnya untuk saat ini?

Yang pastinya posisi mahasiswa dalam Negara adalah sebagai elemen vital dalam menentukan arah bangsa. Mahasiswa adalah sebagai motor penggerak untuk menuju perubahan. Bahkan mahasiswa diposisikan sebagai pilar keempat dari kekuatan Negara setelah badan legislatif, eksekutif, yudikatif dan media masa. Dengan posisi ini, disisilain membanggakan kita sebagai mahasiswa sekaligus memberatkan kita untuk menjalankan posisi tersebut. Dengan kata lain ketika kita menginjak dunia mahasiswa berarti kita telah mengemban amanah dan harus direalisasikan dalam bentuk tindakan.

Star awal perjuangan mahasiswa adalah menciptakan komitmen untuk mengembangkan wawasan dan keahlian.Kedua, menciptakan idealisme dalam mengembangkan semangat untuk menempuh pendidikan dengan baik. Ketiga, menciptakan soft skill sebagai jaminan untuk melangkah kedunia empiris (praktis).

Dalam proses untuk menjalankan perjuangan diatas kita jangan pernah membayangkan dunia pekerjaan, maksudnya saya nanti dapat pekerjaan apa. Sebab kerangka berfikir seperti ini akan menghantuai langkah kita dan kita cenderung kaku dalam menjalankan aktifitas. Paradigma yang perlu dibangun dalam proses perjuangan adalah bagaimana kita “hari ini” mampu menentukan sikap untuk berkomputisi dalam melangkah untuk mencapai kesuksesan.

Realisasi perjuangan tidak cukup hanya dijalankan dalam konteks akademik tapi perlu ada kegiatan ekstra akademik dengan melalui lembaga- lembaga keorganisasian mahasiswa baik ekstra maupun intra. Karena lembaga- lembaga tersebut dapat mengembangkan wawasan dan potensi kita sebagai mahasiswa. Statemen para intelektual bahwa perbandingan kontribusi ilmu antara akademik dengan ekstra akademik lebih banyak dari ekstra akademik. Sebab ekstra akademik merealisasikan akademik. Teori- teori yang kita dapat dalam perkuliahan dapat kita aplikasikan dalam lembaga- lembaga keorganisasian. Kegiatan akademik tidak akan berguna apabila tidak diimbangi oleh keberadaan kita dalam organisasi, mungkin begitulah bahasa ekstrimnya.

Yang perlu disadari bahwa dalam proses perjuangan pasti kita menemukan titik kejenuhan dalam menjalankan aktifitas baik akademik maupun ekstra akademik. Hal ini menurut saya fitrah dan saya yakin setiap orang pasti mengalami hal tersebut. Tapi hal ini jangan dijadikan sebagai alasan untuk tidak bisa melangkah dan beraktifitas secara kontinu. Semangat tetap ada dan idealisme tetap konsisten.

Untuk yang terakhirnya, memasuki dunia mahasiswa jangan pernah membayangkan bahwa secara intelektual kita tidak mampu menjalankan hakikat mahasiswa yang sebenarnya. Tapi bayangkan kita bisa dan kita mampu menjalankannya. Konsep yang perlu kita pegang dalam hal ini adalah keyakinan dan konfiden. Dan jangan pernah menampung fikiran yang negatif tapi tampunglah fikiran yang positif dan yang bisa mendorong kita kearah yang lebih baik. Ingat!! hidup perlu perjuangan dan perlu tantangan. Bahasa ekstrimnya manusia belum dikatakan “sempurna” ketika manusia belum pernah menghadapai tantangan dan hambatan. Para intelektual, cendekiwan dan semacamnya yang sukses dalam menjalani hidupnya mereka berawal dari tantangan dan hambatan. Maka, dari sisi ini kita sebagai mahasiswa harus mempunyai daya fikir yang matang untuk melampaui segala tantangan dan hambatan, terutama kita harus memiliki iman yang kuat. Walahu’alam Bhisyawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar