Minggu, 04 Juli 2010

PUASA SEBAGAI RENUNGAN SOSIAL

Oleh: Salahudin


Puasa merupakan salah satu dari sekian banyak perintah Allah, yang tiada lain selain meningkatkan ketakwaan umat terhadap Allah wazallah. Kedatangan bulan puasa memberikan kebahagian tersendiri bagi umat manusia karena pada bulan tersebut merupakan bulan penuh ampunan terhadap segala dosa yang telah diperbuat oleh umat manusia sendiri. Selain itu, bulan puasa juga dapat meningkatkan ikatan ukhwuah insaniah karena disana umat manusia dapat melakukan saling mema’af ma’afan.

Perintah untuk berpuasa, bagi saya adalah perintah untuk merenungkan segala aktifitas yang kita lalui dan sesuatu hal yang ada dibalik keajaiban Allah SWT (hidayah dan rahmat allah yang telah disuguhkan untuk kita sebagai hamba Allah SWT). Pada bulan ramadhan kita bisa merenungkan apakah aktifitas yang kita lakukan mempunyai makna ketakwaan atau malah sebaliknya?

Dalam konteks ini penulis ingin menyorot aktifitas yang dilakukan oleh para pemimpin bangsa kita yang mengemban amanah akan membimbing dan mengayomi masyarakat untuk menuju kesejahteraan dan keadilan hidup. Pemimpin dalam sebuah negara demokrasi adalah salah satu aktor yang ditetapkan secara kolektif untuk mewujudkan tujuan bersama. Tujuan bersama negara Indonesia adalah isi dari pada pancasila. Pertanyaannya sudahkah isi pancasilal direalisasikan oleh para pemimpin- pemimpin bangsa saat ini?

Baru saja kita lewati hari 17- Agustusan yang merupakan hari renungan kemerdekaan Indonesia yang ke-62. Dan pada waktu yang sama, banyak artikel- artikel yang memuat krisis multi dimensi bangsa yang masih dirasakan oleh bangsa saat ini. Artinya, masyarakat masih belum merasakan akan kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal ini lebih disebabkan oleh adanya pemimpin yang tidak bertanggung jawab untuk menjalankan amanahnya. Arogansi dan egeoisme kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah salah satu bentuk adanya incapabilitas seorang pemimpin.

Dalam bulan puasa ini diharapkan para pemimpin negara mampu meningkatkan sense of responsibility akan kesejahteraan dan keadilan bangsa. Pemimpin harus bisa melihat realitas sosial politik yang terjadi. Dan juga harus mampu membuat regulasi yang menyentuh kehidupan masyarakat. Bukan membuat kebijakan yang menyusahkan masyarakat yang berada ditengah- tengah lingkiran setan (lingkaran kemiskinan).

Puasa jangan hanya dijadikan sebagai rutinitas ritual islam, tapi jadikan sebagai bahan evaluasi keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT. Bagi para pemimpin puasa harus dijadikan sebagai pengevaluasian segala kebijakan yang telah ditetapkan atau yang telah dijalankan apakah sudah menyentuh kehidupan umat manusia. Kebijakan yang baik adalah kebijakan yang menghargai nilai- nilai kemanusiaan. Menghargai nilai- nilai kemanusiaan adalah menghargai perintah allah SWT. Artinya, pemimpin menjalankan kebijakan dengan baik sama artinya telah bertakwah kepada Allah SWT. Bertakwah kepada Allah SWT adalah salah satu tujuan dari perintah dalam melakukan puasa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al Baqarah 183 yang artinya:
Hai orang- orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang- orang sebelum kamu adalah agar kamu bertakwa.

Di sisi lain seluruh umat muslim harus melihat makna puasa dalam dimensi sosial. Artianya puasa bukan hanya urusan ritual personal tapi juga merupakan urusan sosial antar sesama manusia. Umat muslim harus memiliki kesadaran bahwa mereka adalah hamba Allah yang saling tolong menolong dalam kesusahan. Artinya, umat muslim harus menganggap bahwa urusan kemiskinan adalah urusan bersama. Para tokoh- tokoh islam harus mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah yang memihak kepada masyarakat miskin. Kita tidak mungkin menyeruh tentang zakat, sadaqah, dan infaq? ditengah-tengah masyarakat yang kelaparan. Pemberantasan kelaparan adalah salah satu syarat untuk menempatkan akidah kedalam qolbu dan paradigma umat manusia.

Puasa juga harus dijadikan sebagai pemberantasan kemiskinan, kebodohan dan penyakit- penyakit sosial lainya yang bisa menghalangi ketakwaan kita kepada Allah SWT. Bulan puasa sebagai bulan ampunan maka ciptakan perdamaian. Bulan puasa sebagai bulan keberkehan maka tingkatkan ketakwaan. Bulan puasa sebagai bulan yang suci maka sucikan segala kekotoran yang ada didalam hati.

Melalui bulan puasa para pemimpin bangsa akan sadar terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Sedang masyarakat akan sadar terhadap eksistensinya sebagai mahluk sosial yang saling hormat- menghormati dalam kesusahan. Mencermati makna puasa melalui pendekatan sosial adalah mencerminkan adanya legitimasi dari umat muslim bahwa puasa adalah bukan hanya sekedar upacara ritual dalam lingkungan tertentu artinya hanya berdo’a dan berzikir dalam masjid tapi juga mampu merasakan fenomena sosial yang terjadi disekitar kita. Langkah pertama Rasulullas SAW dalam berdakwah adalah mencermati fenomena sosial politik yang terjadi didalam masyarakat tertentu yang akan dijadikan sebagai objek pembenahan ahlak. Langkah seperti ini kita jadikan sebagai bahan pembelajaran untuk mencapai kesuksesan umat baik akhirat maupun dunia. Walahu Alam Bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar